Wednesday, October 17, 2012

Sejarah dan Esensi Aqidah AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

posted by : Tentara Kecil Ku















بســــــــم الله الحمن الرحيم

الحمد لله الذي جعلنا من المتمسكين باالعروة الوثقى, ونجانا من الإغترار بدعاية المغرورين الحمقى, والصلاة والسلام على سيدنا محمد الأطهر التقى وعلى اله واصحابه الذين هم فى بحار الإتباع عرقى. أما بعد.

Perlu diketahui bahwa ASWAJA ( Ahli Sunnah Wal Jama’ah ) adalah susunan dari tiga kalimat :
1.             اهل yang berarti golongan
2.             السنة yang secara etimologi mempunyai beberapa arti sebagai berikut :
-        الوجه او حره    : bagian wajah sebelah atas
-        دائرته او الصورة او الجبهة والجبينان : kening
-        السيرة : perjalanan
-        الطبيعة : karakter
-        تمر بالمدينة : kurma di madinah
-        السنة : dari Allah yang mempuyai arti hukum, perintah dan larangan Nya
-        Syaikh al-Zubadi dalam kitab “Ittihafu Saadati al Muttaqin” menyatakan : والسنة الطريقة المسلوكة"sunnah adalah jalan yang ditempuh.
السنة  dalam terminologi syara’ mempunyi beberapa arti antara lain :
a.       Suri tauladan Nabi Muhammad SAW.
b.      Perbuatan yang dijanjikan memperoleh pahala jika dilakukan dan tidak ada ancaman siksa bila ditinggalkan
3.             الجماعة     secara etimologi mempunyai banyak arti, diantaranya adalah kumpulan dari tiga perkara atau lebih. Kumpulan manusia disebut "جماعة الناس", kumpulan burung disebut  "جماعة الطير" dan lain-lain.
 الجماعة Dalam terminologi syara’ mempuyai arti :
a.       Persambungan sholatnya seseorang dengan solatnya orang lain dengan mekanisme tertentu
b.       Kebersatuan umat islam dalam satu imam yang di lantik oleh ahlu halli wal aqdi dengan syarat-syarat yang sesuai syari’at, sebagaimana dalam hadits :
من فارق الجماعة شبرا فمات فميتته ميتة جاهلية. رواه مسلم.

Dilihat dari makna-makna “As-Sunnah Wal Jama’ah” yang beragam, kita harus tahu bahwa pengartian dari suatu kalimat atau lafadz adalah melihat siapa yang mengutarakan, apabila yang mengutarakan ahli bahasa maka diartikan dengan arti bahasa, bila yang mengutarakan ahli syari’at maka diartikan dengan arti syari’at, bila yang mengutarakan berasal dari selain dari ahli bahasa dan syari’at maka harus disesuaikan dengan istilah orang yang mengutarakannya .
Maka yang perlu dipahami adalah istilah ASWAJA (Ahli Sunnah Wal Jama’ah) bukan makna dari bahasa dan syara’ namun dari istilah yang dibuat oleh golongan tertentu, yaitu empat golongan :
1.      Muhaddisin ( ahli ilmu hadits)
2.      Shufiyyah ( ahli tasawuf)
3.      Asya’iroh ( pengikut Abu Hasan Al-Asy’ary)
4.      Maturidiyah ( pengikut Abu Manshur)

Kenapa……….?
Karena berkeyakinan bahwa mereka sudah tepat dalam mengikuti suri teladan Rasulullah SAW dan jalan yang ditempuh oleh sahabatnya sehingga    menjadi isim alam ( sebuah nama).
Dan nama istilah ini sampai sekarang masih berlaku untuk orang-orang yang mengikuti golongan tersebut, dan tidak boleh dijadikan istilah bagi selain empat golongan tadi, sebagaimana nama “Abdulloh” tidak dapat diartikan semua manusia walaupun mereka juga hamba Allah .
Adapun Al-Asy’ari yakni Ali bin Ismail bin Abi Bisyri Ishaq bin Salim dan Abdilah bin Musa bin Bilal bin Abi Bardah bin Abi Musa Al Asy’ari (Abdillah bin Qais, sahabat nabi) lahir tahun 260 H. dan al-Maturidi yakni Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Hanafi bukanlah pencentus pertama dalam bidang ilmu kalam, namun beliau berdualah yang mengokohkan imam madzhab empat (Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyyah, Hambaliyah). Abu Hasan Al-Asy’ary adalah pengikut madzhab Syafi’i sedangkan Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut madzhab Abu Hanifah
            Syaikh ‘Izzuddin bin Abdissalam menjelaskan bahwa aqidah yang digagas oleh Abu Hasan Al Asy’ari telah disepakati dan menjadi konsensus  ulama’ Syafi’iyyah, Malikiyyah, Hanafiyyah dan Fudlola’u (pembesar) Hambaliyah. Juga disepakati  oleh guru besar madzhab Malikiyyah, Abu Umar bin al-Hajib di zaman beliau, demikian juga guru besar madzhab Hanafiyyah, Syaikh Jamaluddin bin al-Hushaiy.
            Pengakuan Syaikh ‘Izzudin tersebut juga diakui Syaikh Taqiyuddin Al-Subuki, sebagaimana yang telah dijelaskan Syaikh al-Zubadi sebagai berikut :
اهل السنة من المالكية والشافعية واكثرو الحنيفة بلسان ابى الحسن الأشعاري.

Syaikh Tajuddin Al-Subuki berkata : Sepengetahuan saya semua ulama’ pengikut Malik adalah Asya’iroh, tidak ada yang keluar, ulama’ Syafi’iyyah mayoritas Asya’iroh kecuali golongan yang beranggapan bahwa Allah adalah jisim ( benda ) atau Mu’tazilah. Hanafiyyah mayoritas Asya'iroh kecuali golongan Mu’tazilah dan ulama’ Hanabilah yang mulia identik dengan Asya'iroh kecuali golongan yang berkeyakinan bahwa Allah adalah jisim. Golongan yang menganggap Allah sebagai jisim lebih banyak dari pada golongan pengikut madzhab lain.
Adapun Muhadditsin ( ahli Hadits ) dan Shufiyah ( ahli Tasawuf ) karena sudah sepakat dengan aqidah Al-Asy'ary dan Al-Maturidy maka mereka juga tergolong dari ahli Sunnah wal Jama’ah.
 Dengan demikian, orang-orang yang mengingkari golongan Shufiyah dan orang-orang yang tidak sepakat dengan madzhab empat bukanlah termasuk Ahli Sunnah Wal Jama'ah, dengan memakai istilah yang dipakai oleh golongan tertentu tersebut.
Pengklaiman aswaja pada golongan tersebut tidak lepas dari sejarah munculnya istilah aswaja itu sendiri, di bawah ini sekilas ringkasan sejarah munculnya aswaja.
bersambung....

RINGKASAN SEJARAH MUNCULNYA ISTILAH ASWAJA

No comments:

Post a Comment