posted by : Tentara Kecil Ku
Maka yang perlu dipahami adalah istilah ASWAJA (Ahli Sunnah Wal
Jama’ah) bukan makna dari bahasa dan syara’ namun dari istilah yang dibuat oleh
golongan tertentu, yaitu empat golongan :
بســــــــم الله الحمن الرحيم
الحمد لله الذي جعلنا من المتمسكين باالعروة الوثقى, ونجانا من
الإغترار بدعاية المغرورين الحمقى, والصلاة والسلام على سيدنا محمد الأطهر التقى وعلى
اله واصحابه الذين هم فى بحار الإتباع عرقى. أما بعد.
Perlu diketahui
bahwa ASWAJA ( Ahli Sunnah Wal Jama’ah ) adalah susunan dari tiga kalimat :
1.
اهل
yang berarti golongan
2.
السنة
yang secara etimologi mempunyai beberapa arti sebagai berikut :
-
الوجه او
حره : bagian wajah sebelah
atas
-
دائرته
او الصورة او الجبهة والجبينان : kening
-
السيرة : perjalanan
-
الطبيعة : karakter
-
تمر
بالمدينة : kurma di madinah
-
السنة : dari Allah yang mempuyai arti hukum,
perintah dan larangan Nya
-
Syaikh al-Zubadi dalam kitab “Ittihafu
Saadati al Muttaqin” menyatakan : والسنة الطريقة
المسلوكة"” sunnah adalah jalan
yang ditempuh.
السنة dalam terminologi
syara’ mempunyi beberapa arti antara lain :
a.
Suri tauladan Nabi Muhammad SAW.
b.
Perbuatan yang dijanjikan memperoleh pahala
jika dilakukan dan tidak ada ancaman siksa bila ditinggalkan
3.
الجماعة secara etimologi
mempunyai banyak arti, diantaranya adalah kumpulan dari tiga perkara atau
lebih. Kumpulan manusia disebut "جماعة الناس",
kumpulan burung disebut "جماعة الطير" dan lain-lain.
الجماعة
Dalam
terminologi syara’ mempuyai arti :
a.
Persambungan sholatnya seseorang dengan
solatnya orang lain dengan mekanisme tertentu
b.
Kebersatuan umat islam dalam satu imam yang
di lantik oleh ahlu halli wal aqdi dengan syarat-syarat yang sesuai
syari’at, sebagaimana dalam hadits :
من فارق الجماعة شبرا فمات فميتته ميتة جاهلية. رواه مسلم.
Dilihat dari
makna-makna “As-Sunnah Wal Jama’ah” yang beragam, kita harus tahu bahwa
pengartian dari suatu kalimat atau lafadz adalah melihat siapa yang
mengutarakan, apabila yang mengutarakan ahli bahasa maka diartikan dengan arti
bahasa, bila yang mengutarakan ahli syari’at maka diartikan dengan arti
syari’at, bila yang mengutarakan berasal dari selain dari ahli bahasa dan
syari’at maka harus disesuaikan dengan istilah orang yang mengutarakannya .
1.
Muhaddisin ( ahli ilmu hadits)
2.
Shufiyyah ( ahli tasawuf)
3.
Asya’iroh ( pengikut Abu Hasan Al-Asy’ary)
4.
Maturidiyah ( pengikut Abu Manshur)
Kenapa……….?
Karena
berkeyakinan bahwa mereka sudah tepat dalam mengikuti suri teladan Rasulullah
SAW dan jalan yang ditempuh oleh sahabatnya sehingga menjadi isim alam ( sebuah nama).
Dan nama istilah
ini sampai sekarang masih berlaku untuk orang-orang yang mengikuti golongan
tersebut, dan tidak boleh dijadikan istilah bagi selain empat golongan tadi,
sebagaimana nama “Abdulloh” tidak dapat diartikan semua manusia walaupun
mereka juga hamba Allah .
Adapun Al-Asy’ari
yakni Ali bin Ismail bin Abi Bisyri Ishaq bin Salim dan Abdilah bin Musa bin
Bilal bin Abi Bardah bin Abi Musa Al Asy’ari (Abdillah bin Qais, sahabat
nabi) lahir tahun 260 H. dan al-Maturidi yakni Muhammad bin Muhammad bin
Mahmud Al-Hanafi bukanlah pencentus pertama dalam bidang ilmu kalam, namun
beliau berdualah yang mengokohkan imam madzhab empat (Hanafiyah, Malikiyah,
Syafi’iyyah, Hambaliyah). Abu Hasan Al-Asy’ary adalah pengikut madzhab Syafi’i sedangkan
Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut madzhab Abu Hanifah
Syaikh
‘Izzuddin bin Abdissalam menjelaskan bahwa aqidah yang digagas oleh Abu Hasan
Al Asy’ari telah disepakati dan menjadi konsensus ulama’ Syafi’iyyah, Malikiyyah, Hanafiyyah
dan Fudlola’u (pembesar) Hambaliyah. Juga disepakati oleh guru besar madzhab Malikiyyah, Abu Umar
bin al-Hajib di zaman beliau, demikian juga guru besar madzhab Hanafiyyah,
Syaikh Jamaluddin bin al-Hushaiy.
Pengakuan
Syaikh ‘Izzudin tersebut juga diakui Syaikh Taqiyuddin Al-Subuki, sebagaimana
yang telah dijelaskan Syaikh al-Zubadi sebagai berikut :
اهل السنة من المالكية والشافعية واكثرو الحنيفة بلسان ابى الحسن
الأشعاري.
Syaikh Tajuddin Al-Subuki berkata :
Sepengetahuan saya semua ulama’ pengikut Malik adalah Asya’iroh, tidak ada yang
keluar, ulama’ Syafi’iyyah mayoritas Asya’iroh kecuali golongan yang
beranggapan bahwa Allah adalah jisim ( benda ) atau Mu’tazilah. Hanafiyyah
mayoritas Asya'iroh kecuali golongan Mu’tazilah dan ulama’ Hanabilah yang mulia
identik dengan Asya'iroh kecuali golongan yang berkeyakinan bahwa Allah adalah
jisim. Golongan yang menganggap Allah sebagai jisim lebih banyak dari pada
golongan pengikut madzhab lain.
Adapun
Muhadditsin ( ahli Hadits ) dan Shufiyah ( ahli Tasawuf ) karena sudah sepakat
dengan aqidah Al-Asy'ary dan Al-Maturidy maka mereka juga tergolong dari ahli
Sunnah wal Jama’ah.
Dengan demikian, orang-orang yang mengingkari
golongan Shufiyah dan orang-orang yang tidak sepakat dengan madzhab empat
bukanlah termasuk Ahli Sunnah Wal Jama'ah, dengan memakai istilah yang dipakai
oleh golongan tertentu tersebut.
Pengklaiman
aswaja pada golongan tersebut tidak lepas dari sejarah munculnya istilah aswaja
itu sendiri, di bawah ini sekilas ringkasan sejarah munculnya aswaja.
bersambung....
RINGKASAN SEJARAH MUNCULNYA ISTILAH ASWAJA
No comments:
Post a Comment