oleh : Muhaimin HS under posting by : Tentara Kecil Ku
Coba anda bayangkan sekarang, seorang perempuan jadi kuli
bangunan, mbecak, petinju, sumo atau olahraga keras lainnya, wah...!!
perempuan luar biasa sekali kelihatannya, kemudian kita bertanya didalam lubuk
hati yang terdalam. Pantaskah itu? Wajarkah seorang perempuan melakukan
pekerjaan kasar yang jauh dari sifat aslinya yang lemah lembut? Tegakah kita
menyaksikan semua aktifitas keras yang dilakukan kaum hawa yang seharusnya
feminim?
Wanita itu menurut kodratnya adalah manusia yang besorgen,
suka merawat, mengasuh, memelihara atau mendidik lingkungan rumah tangganya. Maka,
seharusnya wanita itu memiliki peran yang sangat besar di dalam rumahnya, bukan
malah di luar rumah. Mengapa demikian? Karena mereka tidak cukup kuat untuk
menahan gempuran yang demikian hebat dalam berinteraksi dengan dunia luar. Jika
dalam posisi tertekan seperti itu wanita umumnya akan galau, mengelus dada,
menangis, yang justru akan meruwetkan masalah yang sedang dihadapinya .
Belum lagi maraknya wanita wanita karir yang menjauhkan
dirinya dari sifat keibuan karena mereka lebih menomor satukan karir daripada
mengasuh anak dan urusan rumah tangga, Maka, jangan heran jika keadaan rumah
tangga itu kacau dan penuh masalah. Akibat kebebasan berkarir itu malah banyak
kaum wanita yang menjadi korban pelecehan seksual, dan kekerasan lainnya karena
kejahatan itu timbul bukan karena ada niatan dari sang pelaku, tapi karena ada
kesempatan. emansipasi yang akhirnya membelenggu mereka sendiri.
Hal ini berbeda dengan wanita yang menyadari tugas kerumah
tanggaannya, dia akan mengutamakan memberikan pelayanan yang terbaik
untuk suami, anak, orang tua, mertua dan seisi rumahnya. Dengan keberadaan
wanita yang demikian akan tercipta keseimbangan. Artinya, wanita menjadi ratu
dirumahnya yang akan memberikan manfaat dalam perawatan dan pengaturan rumah
seisinya. Dan setiap wanita pasti bisa melakukannya karena dia memiliki sifat telaten
dalam merawat sesuatu. Sedang suami menjalankan tugasnya mencari nafkah diluar
rumah yang lebih banyak menghadapi gesekan dan benturan dengan dunia luar. Akan
menjadi istri yang shalihah jika seorang wanita membantu suami untuk
mendapatkan penghasilan tambahan atau membantu dia di tempat kerja, karena
membantu suami untuk menjalankan kewajibannya mencari nafkah.
Berkaca dari kenyataan seperti itu, sudah saatnya wanita
Indonesia yang menaruh hormat kepada perjuangan emansipasi wanita dari Ibu
Raden Ajeng Kartini mawas diri, salah satu caranya adalah dengan menjadikan
diri sebagai wanita yang menjunjung tinggi kodratnya sebagai wanita. Itu
artinya, dia harus berjuang meraih sukses sebagai ibu karena dialah tumpuan
manja anak – anak, dia juga harus berjuang gemilang sebagai istri tersayang
karena dialah tumpuan belaian sayang suami tersayang.. :D dia harus menjadi
arsitek yang pandai dalam merawat rumah seisinya sehingga penghuninya betah. Itu
berarti, dia mampu menjaga kebersihan rumah, menyiapkan sajian makanan dan
minuman yang menjadi kegemaran semua anggota keluarganya. Semua itu
dilakukannya dengan penuh keikhlasan hati yang tercermin dari keceriaan dan
kelemah lembutannya menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga. Itulah yang
disebut emansipasi yang kodrati menurut saya, bukan begitu Nyonya??...
kadose kerjo teng luar negri geh nasipe kadang mboten mujur.rumah tangga hancur.pripun geh mungkin dados tukang mbecak langkung sae menawi tah geh pripun ..wallahu a'lam.
ReplyDelete