RINGKASAN
SEJARAH MUNCULNYA ISTILAH ASWAJA
Secara makna,
eksistensi ajaran termasuk ajaran islam, senantiasa bersentuhan dengan sejarah
yang dilaluinya. Dalam perspektif kesejarahan (historis) permulaan antara
ajaran agama dengan realitas sosial kultural dan perjalanannya menjumpai dua
kemungkinan.
1.
Ajaran dakwah agama mampu memberikan pengaruh
lingkungan sosial cultural dalam arti mampu merubah pandangan hidup, sikap dan
prilaku masyarakat.
2.
Ajaran agama atau setidaknya persepsi dan
hayatan ajaran tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial, dan perubahan waktu
serta tempat dalam arti pemahaman penghayatan serta penafsiran terhadap ajaran
agama dapat berubah karena lingkungan dan perkembangan waktu.
Dalam konteks
islam hal tersebut dapat diamati melalui beberapa model pendekatan. Secara
singkat dapat dikemukakan sebagai berikut :
a.
Pendekatan doktrinal (sisi ajaran).
Pada zaman Rasulullah ajaran islam masih
merupakan ajaran yang sederhana dipahami, diamalkan dan dihayati para sahabat
menurut tingkat keilmuan, ketaatan dan kesederhanaan masing-masing. Tidak
banyak menimbulkan pertanyaan, satu sama lain tidak ada perbedaan keilmuan
islam seperti ilmu kalam, ilmu fiqih atau tasawuf dan lain-lain.
b.
Pendekatan
historis ( proses kesejarahan ) ajaran agama, meskipun di yakini telah
sempurna dengan jaminan ayat :
اليوم اكملت دينكم واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الاسلام دينا
“Pada hari ini aku sempurnakan agama
untukmu sekalian dan aku sempurnakan nikmatku bagimu dan aku rela untukmu islam
sebagai agamamu”.
Tapi dalam
mengaktualisasikan ajaran agama dan pesan-pesan ayat Al-Qur’an dan Al-Sunnah
bergumul dengan perjalanan waktu. Para sahabat nabi ( orang-orang islam ) pada
masa hidupnya Rasul masih dalam keadaan solid, rukun dan saling mencintai.
Ukhuwah islamiyah mereka melebihi ukhuwah nasabiyahnya, tak ada perbedaan di
antara mereka dalam masalah aqidah.
Pengamalan ajaran
islam dengan beragamnya perbedaan mengakibatkan perpecahan menjadi berkelompok,
sebagaimana yang dipuji Allah dengan ayatnya :
واعتصموا بحبل الله جميعا ولاتفرقوا
“Berpeganglah
dengan tali Allah dengan keseluruhan dan janganlah engkau semua bercerai
berai”.
ولا تكونا كالذين تفرقوا واختلفوا من بعد ماجاءهم البينات
“Janganlah
engkau seperti orang yang saling berbeda-beda pendapat setelah datang kepadanya
sebuah kebenaran yang jelas”.
وكذلك جعلناكم امة وسطا لتكونوا شهداء على الناس
“Demikian
pula aku jadikan engkau semua umat yang adil supaya engkau semua menjadi saksi
bagi manusia”.
وقال تعالى محمد رسول الله والذين معه اشداء على الكفار رحماء بينهم
“Muhammad
Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya benar-benar bertindak tegas terhadap
orang-orang kafir serta penuh kasih sayang tehadap sesama muslim”
Dalam
ayat yang tersebut dijelaskan bahwa mereka saling kasih sayang dan tidak saling bercerai berai. Kalau mereka
bercerai berai maka penyebutan رحماء بينهم tidak benar dan
niscaya mustahil. Wallahu a’lam .
Namun
setelah rasul dipanggil Allah sebagai pertanda telah paripurna dalam tugasnya
yang berujung pimpinan umat islam dijabat Abu Bakar melalui bai’at para
muslimin pada tanggal 13 Robi’ul Awal 11 H. dalam kepemimpinan Abu Bakar umat
islam masih rukun bersatu walau masih ada perbedaan namun yang dapat
diselesaikan dengan mudah. Dan muncul golongan yang murtad. Setelah kurang
lebih 2 tahun Abu Bakar memimpin orang islam
dan ketika beliau mulai jatuh sakit beliau musyawarah dengan para tokoh
sahabat untuk mengangkat Umar bin Khottob sebagai kholifah sepeninggalnya,
sehingga beliau memanggil sahabat Utsman untuk menuliskan wasiat beliau.
بسم الله الرحمن الرحيم. هذا ما عهد به ابو بكر خليفة النبي محمد صلى
الله عليه وسلم عند اخر عهده با الدنيا فى الحال التى يؤمن فيها الكافر ويوقن فيها
الفاجر إنىإستعملت عليكم عمر بن الخطاب ولم الكم خيرا فإنه صبر وعدل فذلك علمي به
واي فيه وإن جاز ويدل فلا علم لى با الغيب والخير اردت لكل إمرئ ما إكتسب وسيعلم
الذين ظلموا اي منقلبون.
Kemudian Utsman
diperintahkan untuk mengangkat Umar. Dan sepeninggal Abu Bakar pada tahun 13
Hijriyah. Setelah memimpin selama 2 tahun lebih 10 hari dalam usia 63 tahun
wasiat dibacakan Utsman di hadapan umat islam dengan mendapat tanggapan
positif.
Kemudian
resmilah Umar bin Khottob jadi kholifah kedua dengan berjalan lancar dan tidak
ada persengketaan di antara umat islam kecuali sebagian kecil yang tidak perlu
diperhitungkan karena tanpa dasar yang shohih. Ketika Umar sudah mendekati
ajalnya beliau ditanya kaum muslimin tentang kholifah setelahnya, kemudian
beliau menyerahkan permasalahan kholifah terhadap Ali bin Abi Tholib, Utsman,
Jubair, Sa’ad, Tholhah dan Abdurrohman bin Auf. Setelah Umar meninggal dalam keadaan
sholat shubuh dengan enam tusukan Abu Lu’lu Al-Majusi, setelah menaklukkan
beberapa negara seperti Syam, Mesir, Baitul Maqdis dan lain-lain pada usia 63
tahun setelah memimpin selama 10 tahun 6 bulan 4 hari enam orang yang
ditugaskan Umar telah mencapai sepakat untuk menggantikan Utsman bin Affan
sebagai kholifah ketiga.
Setelah
Utsman dibai’at menjadi kholifah ia berkhutbah sebagai berikut
الحمد لله ايها الناس إتق لله إن الدنيا كما اخبر الله عنها لعب ولهو
وزينة وتفاجر بينكم وتكاثر فى الاموال والاولاد كمثل غيث اعجب الكفار نباته ثم
يهيج فتراه مصفرا ثم يكون حطاما وفى لاخرة عذاب شديد ومغفرة من الله ورضوان. وما
الحياة الدنيا إلامتاع الغرور فخير العباد فيها من عصم بالله واستعصم بالله
وبكتابه.
Sayyidina
Utsman yang masih keturunan Abdul Manaf (kakek rasul) memang mempunyai sifat
arif dan niat baik namun ada sebagian manusia mencurigai para pejabat pembantu
Utsman telah curang dan melakukan kedholiman sehingga mereka menuntut agar
Utsman meresuffle para pejabat tersebut. Namun Utsman tidak mengindahkan
permintaan mereka. Di situlah awal fitnah mengguncang kerukunan umat islam
sehingga pada waktu itu umat islam terpecah menjadi tiga bagian :
a.
Mereka yang tidak setuju dengan kepemimpinan
Utsman
b.
Mereka yang mendukung dan membela Utsman
yaitu golongan mayoritas muslimin
c.
Mereka yang tidak membantu dan tidak
mendukung Utsman
Perpecahan
tersebut berakibat orang-orang Mesir dan Ahli Kuffah sengaja menyalakan api
fitnah yang dipimpin Abdulloh bin Assaba’ Al-Yahudy dengan memberi ultimatum
kepada Utsman agar meresuffle pejabat yang menurut mereka tidak jujur, kalau
tidak Utsman sendiri yang harus turun dari kholifah. Namun Sayyidina Utsman
bersikap tegas dengan pendiriannya dan tidak mengindahkan permintaan mereka
sehingga beliau dikepung selama 3 hari sampai salah satu dari mereka dapat
melompat dinding rumah kediaman Utsman hingga akhirnya membunuh beliau ketika
dalam membaca Al-Qur’an dan mushaf ada di tangannya. إنا لله وإنا إليه راجعون
AWAL
PERPECAHAN
Dengan terbunuhnya sahabat Utsman umat
terpecah menjadi tiga :
1.
Golongan yang sangat marah atas terbunuhnya
Utsman. Mereka mayoritas keluarga Utsman yang dipelopori Muawiyah bin Abu
Sofyan (gubernur Syam), Tholhah, Jubair, Umi Al-Mukminin Aisyah, Amr bin Ash
dan lainnya mereka menuntut untuk menuntaskan pembunuhan sampai diadakan qishos
terhadap pembunuhnya sebelum dibentuk kholifah baru.
2.
Mereka yang berpendapat bahwa yang terbaik
bagi kaum muslim adalah mengangkat kholifah terlebih dahulu yang nantinya dapat
mengambil keputusan dalam kasus pembunuhan dan menghimpun persatuan muslim
sehingga menjadi perkumpulan yang mempunyai kekuatan. Tokoh dari mereka adalah
Sayidina Ali bin Abi Tholib dan mayoritas para sahabat.
3.
Golongan yang beranggapan bahwa tindakan
pembunuhan Utsman sudah tepat dalam ijtihadnya, maka tidak wajib diqisos.
No comments:
Post a Comment