Monday, January 21, 2013

Pentingnya Persatuan Umat Islam

A’udzubillahi minasy syaithanir rajim…

Bismillahir rahmanir rahim…

 

Saudaraku seiman dan seakidah, jika kita berbicara tentang Islam, maka tentu kita akan dihadapkan pada sebuah pembicaraan hangat tentang segala hal. Maklum, Islam sebagai agama yang sempurna sebagaimana termaktub dalam QS Al-Maidah: 3 telah secara jelas dan gamblang memiliki peraturan yang sangat lengkap mengenai segala sendi dan aspek kehidupan manusia. Hal ini menjadikan Islam menjadi agama yang menyeluruh dalam mengatur kehidupan manusia. Semua ada landasannya, dan jika kita mengaku sebagai muslimin, maka tentu saja, dalam segala hal, kita perlu mengetahui landasannya. Karena setiap yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawaban.

 

”Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan diminta pertanggungjawabannya.” (TQS. Al-Isra’: 36)

 

Berdasar surat Al-Isra’: 36 di atas, sangatlah jelas peringatan Allah kepada kita bahwa, kita DILARANG KERAS mengikuti hal-hal yang kita sendiri masih belum mengerti. Hal ini tentu saja untuk menghindarkan kita kaum muslim terjerembab dalam suatu hal yang dapat menggiring kita kepada kemurkaan Allah. Hal tersebut juga untuk menghindarkan kaum muslim dari tipu daya dunia yang amat besar serta muslihat dari orang-orang yang tidak ridho dengan tegaknya Islam. Mereka selalu berusaha mencabik-cabik upaya persatuan umat Islam sebagaimana disampaikan dalam hadits berikut:

 

”Sesungguhnya barang siapa yang masih hidup diantara kalian, dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpegang teguhlah kalian dengan sunnah-ku dan sunnah khulafa’irrasyidin yang mendapat petunjuk setelah aku.” (HR. Abu Dawud 5/4607, Tirmidzi 5/2676 dan dia berkata hadits ini hasan shahih; juga dikeluarkan oleh Imam Ahmad 4/126-127 dan Ibnu Majah 1/143)

 

Musuh-musuh Islam, mereka tanpa henti-hentinya merusak persatuan umat dengan cara mengadu domba kita sebagai muslimin. Mereka menghembuskan angin kebencian dan memperlebar jurang perbedaan di antara kaum muslim. Mereka menjadikan kita terpecah belah, saling memusuhi, mengedepankan perbedaan, dan kemudian saling membenci. Padahal, sebenarnya ISLAM ITU SATU sebagaimana firman Allah:

 

“Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. Tetapi mereka terpecah belah dalam urusan (agama) mereka di antara mereka. Masing-masing (golongan itu semua) akan kembali kepada Kami. Barang siapa mengerjakan kebajikan, dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan), dan sungguh, Kami-lah yang mencatat untuknya.” (TQS. Al-Anbiyaa’: 92-94)

 

“Dan sungguh (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan (agama)nya menjadi beberapa golongan. Setiap golongan (merasa) bangga dengan apa yang ada pada mereka (masing-masing). Maka biarlah mereka dalam kesesatannya sampai waktu yang ditentukan.” (TQS. Al-Mu’minuun: 52-54)

 

Merujuk pada surat Al-Mukminuun: 52-54 di atas, dapat diketahui bersama, bahwa sesungguhnya perpecahan merupakan suatu kesesatan yang dilarang oleh Allah SWT. Sesuatu yang harusnya dihindari oleh umat ini (Islam). Bahkan dapat mendatangkan azab dari Allah SWT jika perpecahan ini justru dilestarikan sebagaimana firman Allah SWT berikut.

 

“Dan orang-orang yang berbantah-bantah tentang (agama) Allah setelah (agama itu) diterima, perbantahan mereka itu sia-sia di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan mereka mendapat azab yang sangat keras.” (TQS. Asy-Syuuraa: 16)

 

”Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang berpecah-belah dan berselisih sesudah datangnya keterangan yang jelas. Dan mereka itulah yang mendapatkan azab yang berat.” (TQS. Ali Imran: 105)

 

”…Dan berpeganglah kamu semua pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu berpecah-belah…” (TQS. Ali Imran: 103)

 

Dari keterangan surat Ali Imran: 103 tersebut dapat diketahui juga bahwa selain dilarang untuk berpecah belah, kita sebagai kaum muslim juga diperintahkan oleh Allah untuk tetap teguh memegang agama ini (Islam). Dengan kata lain, kita sebagai umat Islam telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk tetap berada pada agama Islam bersatu padu karena sesungguhnya umat Islam adalah umat yang satu. Hal ini sebagaimana firman-Nya:

 

”Sesungguhnya kalian ini adalah umat yang satu dan Aku (Allah) adalah Rabb kalian, maka beribadahlah kepada-Ku.” (TQS. Al-Anbiyaa: 92)

 

”Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kokoh.” (TQS. Ash-Shaff: 4)

 

Dan perlu ditegaskan pula bahwa surat Ash-Shaff: 4 tersebut, merupakan petunjuk dari Allah SWT untuk umat Islam agar bersatu dibawah satu barisan, yakni barisan Islam itu sendiri. BUKAN SALING HUJAT, SALING CELA, SALING CIBIR, DAN SALING SINDIR.

 

Oleh karena itu saudaraku, marilah kita pupuk semangat persatuan. Islam memang telah ditakdirkan memiliki banyak golongan. Namun, perbedaan itu bukanlah alasan untuk kita saling cela dan saling serang. Perbedaan diciptakan Allah agar kita saling mengenal, saling melengkapi, saling belajar, saling mengisi, saling membangun, saling menopang, saling tolong-menolong, dan saling memperkuat satu sama lain. Sebagaimana firman Allah:

 

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (TQS. Al-Hujurat: 13)

 

Marilah kita tutup mata kita, telinga kita, tangan kita, dan apapun itu terhadap hal-hal yang dapat menjerumuskan kita kepada perpecahan umat. Bila kita atau golongan kita dihujat kemudian kita balas menghujat, lalu apa bedanya kita dengan para penghujat itu? Kalo barang kita dicuri kemudian kita ganti curi barang orang lain, lalu apa bedanya kita dengan pencuri? Islam tidak mengajarkan kita untuk membalas kejelekan dengan kejelekan. Islam justru menganjurkan melawan kejelekan dengan menebar kebaikkan sebagaimana firman Allah:

 

“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, ‘salam’.” (TQS. Al-Furqan: 63)

 

“Dan tidaklah sama kebaikkan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (TQS. Fussilat: 33-34)

 

“Tolaklah perbuatan buruk dengan (cara) yang lebih baik, Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan (kepada Allah).” (TQS. Al-Mu’minun: 96)

 

“Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan sholat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikkan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (TQS. Ar-Ra’d: 22)

 

Ilmu Allah sangatlah luas, bahkan seandainya lautan menjadi tinta dan semua pepohonan menjadi pena, kemudian titambahkan lagi tujuh kali yang seperti itu, niscaya tidak habis ilmu Allah tersebut dituliskan. Lalu kenapa kita harus menitik beratkan kepada hal-hal yang justru dapat memecah-belah kita? Bukankah Allah melarang kita berpecah-belah seperti ayat yang sudah disampaikan di atas? Begitu banyak dan luasnya ilmu Allah yang belum kita pelajari, tapi kenapa kita lebih tertarik terhadap sesuatu yang mengundang permusuhan? Tidak ada salahnya mempelajari hal-hal mengenai khilafiyah ataupun fiqh ikhtilaf. Namun, tidak bisakah kita mengedepankan rasa toleransi kita?

 

Kita bisa mentolelir nonmuslim yang memakan babi yang jelas-jelas haram, tapi kenapa kita sulit mentolelir saudara kita sesama muslim yang beda raka’at tarawihnya dengan kita? Kita bisa sepakat untuk mentolelir nonmuslim berpakaian mengumbar aurat. Tapi kenapa kita tidak bisa mentolelir saudara kita hanya gara-gara dia tidak memakai qunut saat sholat subuh? Kita sangat terbuka terhadap toleransi antar umat beragama, namun, kenapa kita begitu susah bertoleransi terhadap saudara kita yang jelas-jelas seakidah?

 

Marilah saudaraku seiman, kita kikis perbedaan, kita tingkatkan rasa persatuan kita sebagaimana perintah Allah SWT.

 

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin

Jakarta, 27 Oktober 2012


Pentingnya Persatuan Umat Islam

No comments:

Post a Comment