Thursday, January 31, 2013

14. HUKUM SHALAT PADA ORANG TUNA NETRA DAN TUNA RUNGU SEJAK LAHIR

Pertanyaan:
Salam
sholat hukumnya wajib bagi orang islam bhkan dlm keadaan sakit pun kita masih diwajibkan sholat,,yg mnjadi pertanyaan saya adlah apakah orang yg tuna rungu dan tuna netra sejak lahir masih diwajibkan mengrjakan sholat?Mksih
Suka ·  ·  · 25 Januari pukul 18:56 melalui seluler
Jawaban:
Pada hakikatnya sholat itu wajib dikerjakan pada  berdiri, duduk, dan berbaring. Ha ini berdasarkan: Tafsir/ Jalalain / Surah An Nisaa’ 103 
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا (103) 

(Dan apabila kamu telah menyelesaikan salat, maka ingatlah Allah) dengan membaca tahlil dan tasbih (baik di waktu berdiri maupun di waktu duduk dan berbaring) tegasnya pada setiap saat. (Kemudian apabila kamu telah merasa tenteram) artinya aman dari bahaya (maka dirikanlah salat itu) sebagaimana mestinya. (Sesungguhnya salat itu atas orang-orang yang beriman adalah suatu kewajiban) artinya suatu fardu (yang ditetapkan waktunya) maka janganlah diundur atau ditangguhkan mengerjakannya. 

Asbabunnuzulnya: Ayat berikut turun tatkala Rasulullah saw. mengirim satu pasukan tentara untuk menyusul Abu Sofyan dan anak buahnya ketika mereka kembali dari perang Uhud. Mereka mengeluh karena menderita luka-luka: mereka minta ditangguhkan sholatnya.
Adapun perkecualian, berikut penjabarannya, sekaligus menjawab pertanyaan di atas:
 diantara syarat wajib solat adalah mendengar melihat. FALAA TAJIBU ASHSHOLATU ALAA MAN KHULIQO ASHOMMA A’MAA WALAW NAATHIQON.
kasyifatussaja 51
(إِنَّمَا تجب الْمَكْتُوبَة) أَي الصَّلَوَات الْخمس (على مُسلم)

(مُكَلّف) أَي بَالغ عَاقل سليم الْحَواس بلغته الدعْوَة

وَمن نَشأ بشاهق جبل وَلم تبلغه دَعْوَة الْإِسْلَام غير مُكَلّف بِشَيْءوَكَذَا من خلق أعمى أَصمّ فَإِنَّهُ غير مُكَلّف بِشَيْء إِذْ لَا طَرِيق لَهُ إِلَى الْعلم بذلك وَلَو كَانَ ناطقا لِأَن النُّطْق بِمُجَرَّدِهِ لَا يكون طَرِيقا لمعْرِفَة الْأَحْكَام الشَّرْعِيَّة بِخِلَاف من طَرَأَ عَلَيْهِ ذَلِك بعد الْمعرفَة فَإِنَّهُ مُكَلّف

Nihayatuzzain 1/9

Syarat wajib solat fardlu:
1. MUSLIM 
2. MUKALLAF (aqil baligh)
3. sampainya da’wah (islam)

maka bagi orang yang tidak tersentuh da’wah islam karena tidak terjangkau, seperti orang yang tinggal di puncak gunung misalnya, maka mereka tidak terkena hukum wajib.

begitu juga orang yang dilahirkanan dalam keadaan buta dan tuli, mereka tidak terkena kewajiban, dikarenakan tidak ada cara untuk menyampaikan da’wah kepadanya.

أَمَّا الطَّارِئُ فَإِنْ كَانَ قَبْلَ التَّمْيِيزِ فَكَالْأَصْلِيِّ وَإِنْ كَانَ بَعْدَ التَّمْيِيزِ وَلَوْ قَبْلَ الْبُلُوغِ وَعَرَفَ الْحُكْمَ تَعَلَّقَ بِهِ الْوُجُوبُ اهـ اج.
albujairomi ala al khotib 1/408

berbeda apabila kondisi (buta tuli) itu datang setelah tamyiz (masa menjelang baligh) dan telah mengetahui hukum (permasalahan) sholat, maka yang bersangkutan terkena kewajiban.

Kewajiban melaksanakan solat bagi anak yang sudah tamyiz dan belum baligh, doktrin atau khithobnya lebih ke orang tua wali untuk mulai memberikan latihan sholat kepada anak-anaknya. Itu berlandaskan kepada hadits …

572 – وَعَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ» . رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ، وَكَذَا رَوَاهُ فِي ” شَرْحِ السُّنَّةِ ” عَنْهُ.وَرَوََاهُ التِّرْمِذِيُّ، وَابْنُ خُزَيْمَةَ مِنْ رِوَايَةِ: عَبْدِ الْمَلَكِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ سَبْرَةَ الْجُهَنِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ بِدُونِ قَوْلِهِ: وَفَرِّقُوا إِلَخْ.قَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَسَنٌ صَحِيحٌ

“perintahlah anak-anakmu sholat setelah mereka memasuki usia tujuh tahun, dan pukullah mereka (karena meninggalkan sholat) bila sudah menginjak usia 10 tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur mereka.
Adapun orang yang lahir dalam keadaan buta dan tuli tidak ditaklif hukum syarak yang ada. Dalam bentuk apapun ia tinggalkan, tidak ada sanksi dosa. Karena ia tidak ada jalan untuk mengetahui tuntutan syari’at yang dimaksud. Kalau buta dan tuli itu timbul setelah tahu pada hukum syariat, maka ia tetap terkena taklif hukum syarak. Kalau ia tidak shalat umpamanya, maka dianggap berdosa.

Lihat: Nihayah az-Zain/9; Hasyiyah al-Bajuri/1/134.
(Doc. PISS KTB)
http://www.facebook.com/groups/kalamrisalah/permalink/438959919508982/

14. HUKUM SHALAT PADA ORANG TUNA NETRA DAN TUNA RUNGU SEJAK LAHIR

No comments:

Post a Comment